Thursday, September 8, 2011

Kita patut belajar dari A Long

MENENGOK HIDUPNYA DENGAN HIDUP KITA....

                                       

Dia hanya seorang anak lelaki kecil. CATAT, anak kecil. Umur A Long baru enam tahun.
Tapi lihat apa yang bisa dia lakukan sendiri? Kembali, SIMAK baik-baik, SENDIRIAN!!!
Di umurnya yang masih belia itu, dia hidup sendirian di rumah. Well, sendirian dalam artian benar-benar tinggal sendiri di rumah, hanya ditemani seekor anjing dan terkadang secara berkala sang nenek datang berkunjung.


Dirinya sanggup mengurus diri sendiri...
Dari sebuah tabloid yang saya baca saat itu, diceritakan bahwa saat diliput A Long sedang memasak nasi yang kemudian dia tambahi sawi dari sepetak ladang sayur dekat rumah yang sengaja dibuatkan sang nenek untuknya, dan setelah masak, tanpa garam ataupun bumbu lain, dia santap menu makanannya itu dengan lahapnya. Nikmat.

Aaahhh.... apakah di umur kita yang sekian ini kita sudah benar2 bisa mengurus diri kita sendiri? Apakah kita sudah mampu bersyukur??? Menyantap apa yang ada di depan kita dengan nikmat yang tiada terkira?? Berterimakasih atas sepiring nasi yang disiapkan mami, ibu, bunda, embok, embak,,, atau siapapun itu... Jangankan bersyukur, terkadang kita mengeluhkan sepiring nasi, sesendok sayur, dan sepotong ayam goreng yang sudah ‘cemepak’ di meja makan. Jangankan merogoh kocek sendiri ataupun memasak sendiri di dapur... hanya tinggal menikmatinya saja terkadang mulut melontarkan keluhan yang menyinggung perasaan oranglain –khususnya ibu.
Kita patut belajar cara bersyukur darinya.

Iya A Long, si kecil itu... positif mengidap HIV.
Apakah dia mengerti jenis penyakit apa itu?
Apakah dia sadar bahwa penyakit itu akan merenggut nyawanya seperti yang terjadi pada ayah ibunya setaun yang lalu?
Apakah dia juga sudah memikirkan akan seperti apa nanti dirinya saat dia merasa sudah parah... tak bisa melakukan apapun... dan tak berdaya. Siapa yang akan menemaninya nanti? Dulu dia menemani kedua orangtuanya saat mereka sekarat. Menunggui ayahnya yang sudah meninggal, sendirian. Hingga akhirnya salah seorang tetangga tau dan menolongnya.
Apakah dia pernah khawatir takkan ada yang memperhatikannya?

Haiisshhh.... sakit flu... pegal.. keseleo...
Kita tau penyakit apa itu.
Kita mengerti bagaimana menangulanginya.
Itu hanya penyakit pada umumnya. Secara teknis mudah diatasi laaahh... tapi ngeluhnya bukan main.. berasa paling menderita. Koar-koar kesana kemari... Cari perhatian dari semua...
Kita patut belajar tentang kemandirian darinya.

A Long bermain dengan anjing hitamnya yang setia,
Disaat teman-teman yang lain menjauhinya....
Dia tersenyum... tertawa.... seperti anak lain....
Bermain sendirian.
Belajar sendirian.
Dimana tak ada sekolah yang mau menerimanya.
Dengan lampu ala kadarnya, dia mau belajar membaca.

Kita memilih tidur daripada belajar di malam hari.
Merengek pada Mama minta les privat dibatalkan saja.
Ngobrol tidak jelas disela pelajaran.
Melalaikan tugas dan ulangan tanpa menganggap belajar itu usahamu untuk berkembang dan menyenangkan orangtua.
Kita patut belajar arti dari sebuah usaha darinya.

Tanpa ayah dan ibu...
Sodara...
Dan hanya sang nenek yang kadang kala menjenguk karena juga merasa sedikit takut akan penyakit yang diderita A Long.
Dia berani sendirian.
Tegar.

Lihattt... ditinggal ayah pergi ke luar kota saja, tangisannya membahana keras.
Merasa ditinggal dan marah...
Kepada sodaranya sendiri didiamkan...
Aaahh...
Kita patut belajar arti ketegaran darinya serta beruntungnya memiliki keluarga dari ketidak-punyannya.

A Long...
Kamu masih kecil,
Tapi dibandingkan dengan anak seumuranmu yang lain, atau bahkan orang yang lebih tua darimu, kita malah yang merasa kecil.
Kemandirianmu.
Keceriaanmu.
Usahamu.
Membuat orang lain, terlebih saia sendiri, merasa patut berkaca dan merenung.
Terenyuh...
Sedih...
Kasian...
Tak cukup dan takkan berarti apapun.
Yang harus kita lakukan adalah belajar darinya.
Ketahanan dan perjuangannya lluuar biasaa....
Apakah jika diberi cobaan yang sedemikian rupa kita akan mampu bertahan seperti dirinya???

A Long...
Apakah kau merasa takut?
Apakah kau sering menangis pilu memikirkan hidupmu?
Apakah kau merasa sedih dan terpuruk atas kesendirianmu?
Apakah kau rindu akan kasih sayang, perhatian, dan cinta?
Atau setidaknya apakah kau benar-benar mengerti akan apa yang terjadi dalam hidupmu sendiri pada usiamu itu?

Aku tau kau sepi disana, sendiri.
Tapi kamu kuat, SANGAT KUAT malah.
Tak ada yang mampu aku lakukan untuk menolongmu, hanya doa yang terucap...
Semoga kasih sayang yang kau butuhkan cepat kau dapatkan...
Mungkin kebahagiaan yang kau miliki dan dapatkan disini terbatas, tapi percayalah Tuhan Maha Adil.
Ada suatu tempat yang indah di atas sana menantimu... dengan kasih sayang yang berlimpah dari Tuhan untukmu.
*hugs

No comments:

Post a Comment