Tuesday, April 26, 2011

LECTURERS love the way you...

-ratapan mahasiswa gedeg-

Masih mantengin leptop, tiba2 mandangin tulisan BOARD OF EXAMINERS di file dalam folder SKRIPSI.
Haddeehhhh....
*nepok pantat
*guling2 di lante
*gusar
*melamun getir
--Eh, ngapain udah lo buat??? Bab 4 aja masih cengok! Cupu!!--
Biarlah....
Nah, isinya nama-nama dosen semua tuh....
Tiba2 terlintas kata DOSEN di angan-angan.... *lonjak2 gag jelas

Besok Cila kalau udah gede mau jadi apa??
-->Jadi dokter!
Kok jadi dokter? Gak pengen jadi dosen?
-->*ngerutin dahi*

Nah, si Cila aja bingung... Cila pengen nanya, dosen itu apa? Sejenis makanan ato souvenir di pasar depan candi Borobudur?
Cila sayang.... Baca ini yaa....

Lepehan Selanjutnya »»

Monday, April 25, 2011

(GoVlog-Umum)Dear, HARI SENEN

*tengok kanan
*tengok kiri
Ini senen kan? Sekonyong-konyong pengen buka FB ato twitter trus nyetatus/ngetweet (baca: nyampah) “I HATE MONDAY!”

Knapa sih emang sama hari senen? Senen kan bukan anak tiri! Senen juga bukan anak haram! Senen cuma kayak TKI di luar negeri 
*ngenes 
(di bawah jembatan, jadi tontonan, dapet 1 dinar.... ah semoga saja yg dateng Helmi Yahya... dapet 10 jeti tag mengapa!)

*galau-mikirin-HARI-SENEN

Lepehan Selanjutnya »»

Sunday, April 24, 2011

short story I made in Wonosobo "KKN moment"; miss yaa...!

SECOND CHANCE

I was scared of the dark. It was unpleasant when you fully realized that you were all alone with no one’s beside you at all. In the four-times-five bedroom, I begged to God another chance for me to be passed through. Another time of joy and happiness. It was so damn horrible to remember that the one usually with you wasn’t there anymore, dying. It was so regretful to know that everything that I’d done in the past was all in vain. I did nothing good. All was wrong. It hurt my surrounding. It hurt my-beloved-person-should be in the whole world.

Lepehan Selanjutnya »»

Saturday, April 23, 2011

Emangnya Newton doang yang bisa... *niihhh


*Nyakton pose
-NYAKTON-
Jika si genius eyang Newton memiliki 3 hukumnya yang terkenal mengenai gerak, gaya, beraturan, tak beraturan, dan tetek bengeknya itu (bisa dicari sendiri hukumnya apaan aja),, maka gue ni neng, bang, juga punya hukum, namanya HUKUM NYAKTON.
SADDDAAAAPPPP!!!!
*jempol

Hukumnya sih gue banget *nyengir
Jangan heran! Orang gw ini yang nyiptain...

HUKUM NYAKTON
“MENGARANG DENGAN PENUH KEYAKINAN”

Lepehan Selanjutnya »»

Friday, April 22, 2011

Relatif, kan???


Si A     : Emang orangnya tu kayak gitu... ya harus diterima, bagaimanapun juga dia tu     
            ***$##jksk&*** (sensor).
Aku     : *nyengir*
Si B     : Jangan dink... dia itu gak tanggung jawab. Gak pantes. Lupain aja.
Aku     : *pasang senyum garing*
Si C     : Kamu dulu gak ngerti sih, pas kamu masih kecil itu dia sayaaaaaaaaaangggg banget, dateng terus.... bla bla bla... #membangga-banggakan#
Aku     : *menerawang ke masa lalu ----processing---- BLANK*

Hadeehhhh, gak perlu diterusin ya bang, neng.... lanjutannya intinya sama sajooo.... (Gak usah crita juga gag papa!)
Apa sih sebenernya yang orang pikirkan, kenapa setiap orang pandangannya bisa beda-beda menilai suatu kasus? Menganggap itu benar atau salah. Alasan yang dibeberkan untuk memperkuat argumenpun diberikan.
Masalahnya, mereka out of the circle, mereka berperan sebagai penonton semata. Gak bisa benar-benar ‘TAHU’ apa yang terjadi, lebih tepatnya ‘DIALAMI’. Judge yang ada tentu hanya sekadar nasehat, penghibur, dan terkadang emosi.
Saia anggap semuanya benar. Relatif lah pandangan orang, ya gak sih? Semua dianggap masukan saja, tergantung kita kan yang menjalani, stuju????  

Baik buruknya, benar salahnya, mudah susahnya kan tergantung....


Lepehan Selanjutnya »»

Angels' chitchat...


Kematian merenung.

“Kenapa?”

Kematian menggeleng. Tersenyum sinis dan memandang malaikat di depannya. “Mereka merutukiku karena aku datang terlalu cepat, tapi itu kan memang sudah tertulis jelas. Bukankah begitu?”

Malaikat tersenyum. “Sesuatu yang baik belum tentu sesuai kemauan, kan?”

“Aku tak mengerti.”

“Mereka tak pernah menginginkan kematian datang. Mereka tak pernah memohonkan kematian untuk segera menjemput. Tapi mereka hidup untuk menanti kematian mereka. Tuhan telah memberi mereka waktu, dan kalaupun kau datang, berarti waktu mereka sudah habis.”

“Mereka membenciku!”

“Tidak.”

“Lihat... baru saja aku menjemput sopir angkotan itu, tangis mereka membahana. Jeritan tak percaya begitu digembor-gemborkan. Ratapan kesedihan diucapkan dimana-mana. Sebegitu jahatkah aku?”

“Tidak.”

“Lalu?”

“Mereka hanya belum terbiasa.”

“Terbiasa bagaimana?”

Malaikat tersenyum. “Mereka belum terbiasa melihat orang pergi lebih dahulu. Mereka belum terbiasa mengerti tujuan hidup ini. Mereka belum terbiasa menyadari kehadiran manusia lain yang begitu fana. Mereka belum mengerti apa yang diminta Sang Pencipta dengan kuasanya. Mereka belum paham apa yang harus dilakukan dalam hidup mereka sebelum kamu datang menjemput. Dengan titahNya tentu. Mereka hanya belum terbiasa saja...”

“Terbiasa? Huuh....” Kematian melengos, “pikirmu terbiasa itu seperti orang berganti pakaian begitu? Kalau sudah dibuang, ya beli pakaian baru, begitu?”

“Tentu tidak. Hidup itu Berbeda.”

“???”

Ibaratnya buku tulis. Ada beberapa lembaran kosong, putih bersih, belum tercela. Kita isi buku itu dengan mencatat pelajaran sebagaimana mestinya, atau ditambahi dengan corat-coret semau hati kita atau malah kita isi dengan gambar-gambar dan tulisan pengusir suntuk. Kalau sudah terisi penuh nantinya bisa kita pertimbangkan untuk dibuang atau disimpan. Tergantung isinya!”

Semarang, 20/12/10, 12:45

Lepehan Selanjutnya »»

Thursday, April 21, 2011

BERUANG vs BABON


Semarang, 29/03/11, 1:13

Beruang coklat lagi asik masik curi-curi pandang ke arah babon betina genit yang gelantungan di akar pohon dengan gaya sok seksi mirip Jeniper Kurniawawan.

“Oh ratu hatiku.... dikau makin rupawan menggoda saja dari hari ke hari...” ratap beruang coklat tersiksa.

“Aku harus segera menemuinya, meyatakan rasa nafsuku padanya.. dan.. dan..”

“Heh, beruang bego!” suara si tupai licik mengganggu. “Dia itu babon... kamu itu beruang!”

Sebodo teuing!” beruang coklat meninggalkan si tupai licik dan bergegas masuk gua.

Dengan kalap dia ciumi dirinya sendiri.
Berjalan mondar-mandi dan tersadar belum disemprotkannya parfum bulgari buangan orang kaya di TPA sebelah.
Setelah mantap dengan aroma mahal bak model celana dalam dia berpose ria di depan botol kaca yang disusunnya serampangan.
Memantulkan sosok dirinya yang nyengir, bangga.
Terkebiri nafsu yang tak bisa lagi dibendungnya.
Frustasi.
Rambutnya acakadut.
Segera berlari keluar menabrak pohon kelapa renta dengan buah tua yang sekali senggol saja sudah tak berdaya.
Gedebbuuggg....
Menuju si kelapa malang yang jatuh dan menyambarnya.
Mengoyaknya dengan sekali hentakan di kepalanya.
Meraup airnya dan mengusapkannya ke rambut.
Mengarahkan tangannya kesana kemari bak penari handal dengan ujung kaki lentur lalu meliuk-liuk indah.
Sayang, sama aja.
Sama acakadutnya seperti sebelumnya.
Tampang tak meyakinkan.
Dandanan payah.
Hmm...
Si beruang berkacak pinggang.
Menggaruk-garuk kepalanya berharap ada bohlam lampu 5 watt menyala terang disana.

“Ahaa.... eureka!”

Sok-sokan genius mirip einsten dia kalap berlari keluar dan meraup segala jenis bunga yang dia temui di dekat gua.
Mantap.
Dia berlari.
Berhenti seketika.
Nanar.
Babon bersama ular anaconda gemuk luar biasa panjang sedang berbelitan tak karuan dengan wajah babon tak menggoda lagi seperti biasanya.
Si beruang cokelat patah hati.
Kelaparan dan mati.

Lepehan Selanjutnya »»

postingan pertama tes tes...

ehem... ehem....
blog lama ilang, er gag pernah kesentuh, errr,... alhasil lupa sandi dan sebagainya.... buseetttt!!!!!!!!!!

yeeyyyyy BLOG BARU bang, neng, sadaaapppp!!!!!!!!!!!!!

Lepehan Selanjutnya »»