Thursday, April 21, 2011

BERUANG vs BABON


Semarang, 29/03/11, 1:13

Beruang coklat lagi asik masik curi-curi pandang ke arah babon betina genit yang gelantungan di akar pohon dengan gaya sok seksi mirip Jeniper Kurniawawan.

“Oh ratu hatiku.... dikau makin rupawan menggoda saja dari hari ke hari...” ratap beruang coklat tersiksa.

“Aku harus segera menemuinya, meyatakan rasa nafsuku padanya.. dan.. dan..”

“Heh, beruang bego!” suara si tupai licik mengganggu. “Dia itu babon... kamu itu beruang!”

Sebodo teuing!” beruang coklat meninggalkan si tupai licik dan bergegas masuk gua.

Dengan kalap dia ciumi dirinya sendiri.
Berjalan mondar-mandi dan tersadar belum disemprotkannya parfum bulgari buangan orang kaya di TPA sebelah.
Setelah mantap dengan aroma mahal bak model celana dalam dia berpose ria di depan botol kaca yang disusunnya serampangan.
Memantulkan sosok dirinya yang nyengir, bangga.
Terkebiri nafsu yang tak bisa lagi dibendungnya.
Frustasi.
Rambutnya acakadut.
Segera berlari keluar menabrak pohon kelapa renta dengan buah tua yang sekali senggol saja sudah tak berdaya.
Gedebbuuggg....
Menuju si kelapa malang yang jatuh dan menyambarnya.
Mengoyaknya dengan sekali hentakan di kepalanya.
Meraup airnya dan mengusapkannya ke rambut.
Mengarahkan tangannya kesana kemari bak penari handal dengan ujung kaki lentur lalu meliuk-liuk indah.
Sayang, sama aja.
Sama acakadutnya seperti sebelumnya.
Tampang tak meyakinkan.
Dandanan payah.
Hmm...
Si beruang berkacak pinggang.
Menggaruk-garuk kepalanya berharap ada bohlam lampu 5 watt menyala terang disana.

“Ahaa.... eureka!”

Sok-sokan genius mirip einsten dia kalap berlari keluar dan meraup segala jenis bunga yang dia temui di dekat gua.
Mantap.
Dia berlari.
Berhenti seketika.
Nanar.
Babon bersama ular anaconda gemuk luar biasa panjang sedang berbelitan tak karuan dengan wajah babon tak menggoda lagi seperti biasanya.
Si beruang cokelat patah hati.
Kelaparan dan mati.

No comments:

Post a Comment