Saturday, July 23, 2011

"alhamdulillah" atau "Kam to the pret!"

#Gondok adalah setelah selesai mengurus pengganti barang yang hilang, barang yang hilang itu kembali dengan polosnya.



“Malah ketawa-tawa! Ati-ati loh! Ntar bakalan balik nimpa elo!” kata Sena mengingatkan.
“Eh... hehe, kan cuman bercandaan kalo Sen, iya gag Lan? Gak marah kan?” tanya Alya menyenggol temannya yang baru saja dia kerjain.
“Iya gak marah sih, cuman tau gag lo rasanya! Parah tau gak, parno! Gw pikir ilang beneran! Gila lo sumpah... NYEBELIN.” Lani hanya menggerutu sebal dan mencubit lengan Alya.
“Ouucchhh... cubitan lo Lan, mantap banget sakitnya! Ouuchhh.... ampun ampun.”
Lani terus mencubiti lengan Alya sampai Alya terpaksa lari menjauh.

“Mampus gw!”
Alya terus menelusuri jalanan yang tadi dia lewati sebelum naek angkot menuju kampusnya itu. Dengan wajah bimbang, resah, dan gundah gulana, dengan wajah innocent a.k.a liglung, dia memandangi jalanan saja. Alya masih menerka-nerka dalam benaknya rentetan kejadian perjalanan yang barusan dia lewati. Alya ingat dengan pasti kalo dia memasukkan kembali dompetnya ke tas.
“Oke nyebrang ajalah! Sapa tau pas tadi turun! Oh God...”
Langsung Alya menyeberang jalan dan tetap memperhatikan jalanan ramai kendaraan yang lalu lalang di hadapannya.
Nihil.
“Hyaaaahhh, gag ada! Beneran jatuh di bus nih kalo gini!”
Alya benar-benar gak habis pikir betapa cerobohnya dia saat ini. Terlebih ini bukan kali kedua ketiga dia naik bis. Dan bisa-bisanya dia kecolongan. Dompetnya raib entah dimana.
Alya menyeret langkahnya ke arag trotoar di depan sebuah kantor yang berdiri megah dengan lambang petir itu.
“Wuusssaaaaaaaaaaahhhh.”
“Wussaaahhhhhhhhhhh.”
Alya terus mencoba merilekskan dirinya sendiri. Mengatur nafasnya sendiri. Menambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.
“Okey! It’s silly me!”
“Pasti jatuh... iyah jatuh pas tadi mau turun!”
“Tapi tadi kan juga rame, cepet pula turunnya, masak gag ada yang kasih tau sih kalo jatuh?”
“Aaahhh gag gag mungkin!”
Alya terus bicara sendiri dalam pikirannya. Biarlah orang lewat berkata apa. Derita eloh mikirin! Sapa suruh liatin! Pikiran bahwa dirinya kecopetan berusaha dienyahkannya.
“Mampus!”
Alya yang terhenyak dari lamunannya, sekarang terlintas apa yang benar-benar penting. Apakah dia akan menjongkrok disana terus dan tetap memikirkan ilustrasi kejadian yang dia tak tahu menahu benar kejadiannya.
Dia terus merogoh-rogoh kantung, celah, ataupun bagian terdalam dari tasnya. Nihil. Celana!!!
“Lima ribuan! Seribuan!! Selamat!”
“Elo sih gag hati-hati!”
“Sukurin!”
“Makanya ati2!”
“Udah diikhlasin aja!”
“Kok bisa sih, gimana kejadiannya?”
“Kasian ik.”
“Sabar yaaa...”
Ikhlas ikhlas ikhlas......
Dari semua simpati yang dialamatkan kepadanya, Alya langsung terlintas satu hal. Karma! Ini karmanya karena pernah mencoba mengambil dompet Lani. Ya pasti gara2 itu! Huaaaaaa... Pasti gara2 kurang amal niihhh...
“Ya Allah, ampuni hambaMu ini. Ambil yang seharusnya bukan milikku ya Allah.”
Ikhlas ikhlas ikhlas.....
“Lan maafin aku yaaaa... maaf banget....”
“Gag papa, Ya’, udah lupa juga kok... ahah....”
Oke, tahan tahan.. pasti ada yang bakal balikin.
Aaahhh.... kartu2nya aja deh..
Pliissss....

Satu minggu kemudian...

“Ya udah buruan diurus!” hardik si Kakak kepada adek unyunya itu.
“Ini juga udah bikin surat kehilangannya kok, weeekkk!” balas Alya mencibir.
“Tumben langsung.... biasanya aja lama banget. Disuruh baru deh bikin...”
“Nihhh kan udah bikin....” pamer Alya gak terima.
“Eh dua minggu doang hloohhh deathlinenya...”
“Seminggu lagi dong!”
“Pinter!”


“Mbak.... ini ada kopian yang lama KTPnya?” tanya si petugas datar.
“Gag, Pak. Sebulan lalu baru bikin baru. Ini ada surat kehilangannya.” Jawab Alya beralasan.
“Ooh gak bisa, Mbak. Dibawa ke dinas dulu, cek KTP nya.” Balas si petugas gag mau menerima alsan apapun.
“Tapi, pak ini kan pake surat kehilangan.”
“Tetep gak bisa, Mbak. Di cek dulu udah diperbarui belum. Kalo belum bikin baru lagi.”
“Di denda lagi dong, Pak?”
“Iya.”
Mampus aja deh udah KTP kemarin memperpanjang aja telat, didenda 50. Masak sekarang bayar lagi. Hadeehhhh Dinas itu mana lagi.
“Maaf, Pak. Dinas apa ya ini?”
“Ke Catatan Sipil itu, Mbak. Jalan Kanguru.”
Jdeerrr.... setau ane sih ya, ke catetan sipil buat daftar kawin deh. Hadeeehhhh....alhasil hari itu, Alya bolak balik ke kecamatan. Setelah menunggu petugasnya lama bener dan cuma untuk ditandatangani doang... yaela gag percayaan amat sih petugasnya kalo kemaren udah diperpanjang! Tampang aja lucu gini.... masak pada gag percaya!


Hampir Satu Bulan Kemudian...
“Done! Yippiieee..... KTP tinggal ngambil, KTM walaupun cuman buat daftar wisuda doang entar, udah bikin juga tag apalah 50 ribu buat bayarnya daripada gag bisa wisuda. Ehhmmm ATM udah di blokir... tinggal nunggu KTP jadi. Selesai!”

Tutuutututututut....

Mas/Mbak tolong bilangin Alya Aulyani pernah kehilangan dompet enggag? Tolong hubungi nomer ini. Saya pegang kartu ATM, KTP, dan KTM nya. Terimakasih.

Apapula ini.... Sms apa inih!! Bunuh saja aku!!!!! Inikah indah pada waktunya!!! Setelah semua tetek bengek untuk mengurusnya....
Alya tergeletak tak berdaya. Bingung antara seneng Tuhan mengabulkan permintaanna untuk mengembalikan semua kartunya. Sedih karena kenapa baru sekarang. Menyesal karena mengetahui kartunya dapat kembali setelah mengurus kartu baru dengan penuh perjuangan.
“Selamat yaaaa...” kata Alya dalam hati.
  

No comments:

Post a Comment