Thursday, January 26, 2012

Buaian angin terlalu indah tuk diabaikan...

"nyanyianku, kagumku, salakku, dan terberkatiku!"

Baiklah, ini mendekat pagi, pukul dua belas lebih sekian, dan yang kurasakan... ehm sekumpulan hasrat yang ingin terlontar keluar.
Lempari sajalah dengan tahi-busuk-bau dari peliharaan ayam sebelah, tapi ya sudahlah...


Hari lalu, siang itu, di kala angin sedang sibuk menunjukkan hebatnya, aku, dengan kemalasanku, tertatih menjumputi pakaian yang hampir kering di apa-kau-sebutnya, sejenis teras, tempat menjemur atau sebangsanya. 

Alas tak berporslen, dengan lapisan semen penuh debu itu mampu membuat pakaian bacin yang sengaja tak ku cuci-cuci itu menuntut haknya kena air lagi. KOTOR!


Dan apalah dayaku, kecuali bergerak membungkuk, memunguti, lalu memerasnya kembali...
Aku tak berhak mengeluhkan betapa tak bersahabatnya angin waktu itu, tapi justru saat itu aku terbuai di dalamnya,
siapa yang mampu menolak kuasa cuaca dingin, awan mendung, angin sepoi-sepoi diikuti gerimis melesat disegala jurusan?

Yaaa untukku, itu seperti, ehm... entah, Tuhan berbaik hati menciptakan suasana tak beraturan itu untukku, mungkin. Menemani tidur malamku di siang itu. 


Yaappp.. aku terlalu sulit untuk lelap malam. Walau kucoba terkapar berjam-jam sebelumnya, aku akan berakhir tediam mendekati subuh. Sungguh...


Dan siklus itu pun terlalu riang untuk berulang.


Produktifku kala orang sibuk berleha setelah kerja penat mereka di pagi hingga matahari sedikt mengusik ingin terlelap.
Tak tahu kan betapa besarnya aku ingin bergegas sibuk kala ibu-ibu rumah tangga itu melangkah pergi ke penjual sayur terdekat, lalu pulang tancap gas setelah waktunya pulang?


Aaahhh,,, terlalu indah masa ini!
Terlalu sulit melepaskannya nanti!
Membuat orang bergidik, memincingkan mata, terkadang menggelengkan kepala dan nyinyir.
Aku hanya tersenyum kecut, sama kalanya orang yang bertanya, “Gak bosen naik sepeda?”
Yah apa mau dikata, jalani saja.. Yang Kuasa punya rencana. Yang penting usaha tak lelap tertidur sambil menyanyikan nina bobo hingga larut malam.


Aahh,, sibuk aku dengan dengungan curhatku, dan yang ingin kusampaikan sebenarnya adalah kala aku sibuk berbaku dengan angin, pakaian, dan air, aku melihat di jalan ada sesosok lelaki mendorong gerobaknya. Penjual jajan dan sebangsanya. Tak kurasa aku terlarut dalam perasaanku kepadanya. Gerak-geriknya membuatku awas, tersinggung, dan menunduk.
Payungnya tertiba menjulang ke atas, si angin menggodanya, lalu dia pun jumpalitan sendirian.
Bergegas meminggir dan memulai membenarkannya.
Lama, dia pun bebas, normal kembali seperti sedia kala.
Lantas dia bergegas membunyikan lagi seruan ke pembelinya.
Menggugah siapa saja untuk membeli dagangannya.


Ya Tuhan, dia pun masih saja bertarung melawan angin, sedang aku terhanyut dalam kenikmatannya malah...

 
Angin, katakanlah cepat... kau minta ku nikmati, atau perjuangi?
Normal terlihat aku pantas dicoret.
Jika ada cambuk, cambuklaahhh aku...
Seret aku ke tempat-tempat jejak-jejak perlawanan angin yang lain.
Aaahh, harusnya inisiatifmu, dasar BABO!


Memang tak cukup kubilang perlawanaku terhadapmu wahai angin...
Tapi tak mengapa, saat ini, memang sampai disitu mungkin kantong Doraemon menaungiku.
Aku kira Tuhanpun tak menghina, Tuhan selalu sayang kepadaku *amin*...


Lihat bagaimana Dia memberiku waktu melintasi temanmu, si Hujan. Bukan sekali, tapi dua kali di sore itu. Walau pulangku, Kau seperti memarahiku...
Lihat bagaimana aku tertawa girang dengan menyeru “SORRYYYY” kepada pengendara motor marah yang menyalakiku di jalan penuh sibuk petang itu...


Ya Tuhan...
Terimakasih.




Peluk erat kasihku padamu...
XOXO








No comments:

Post a Comment