Friday, December 16, 2011

Repost Jantan Betina

Jantan dan Betina

 

by Nia Kartini on Friday, May 27, 2011 at 1:13am
Aku tak pernah mengerti bagaimana mulanya hatiku terkena panah asmara si dewa cupid usil itu. Aku tak pernah tau bahwa saat itu dia telah mengamati gerak-gerikku dan akhirnya memilihku sebagai salah satu korbannya yang kesekian hari itu. Mungkin dirinya telah bermain-main dengan panahnya dan memanah seorang gadis cantik belia dengan pedagang asongan yang memberikan permen CIUM dengan seuntai kata-kata manis dibungkusannnya dan membiarkan keduanya akhirnya jatuh cinta.

Tapi ini lain, dan aku tak akan menyalahkan si dewa cupid kecil itu. Biarlah dia usil kali ini. Atau biarlah dia tak sengaja menembakkan panahnya ke arahku. Yang penting aku senang. Yang penting hatiku riang. Yang penting dia juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Semoga si cupid juga menembakkan panahnya ke arahnya. Ke arah lelaki berkaos hitam itu. Tepat ke jantung hatinya. Tepat disana hingga menorehkan namaku dengan tinta merah darah. Sehingga aku kekal tertoreh disana. Sehingga tak ada nama-nama lain yang berhak bertengger disana.

Jangan kira aku egois! Aku hanya berpikir bahwa mungkin aku adalah tulang rusuknya yang selama ini terpisah darinya. Bukankah Hawa diciptakan dari tulah rusuk Nabi Adam? Dan seperti itulah jodoh Tuhan. Satu untuk melengkapi yang lain.

Mataku bertemu dengan matanya. Hangat. Detik itulah aku sadar bahwa panah si cupid telah bereaksi terhadapku. Aku memujanya. Aku terpikat olehnya. Dan seketika itu tercipta suatu euforia cintaku terhadapnya.


***
“Katamu kau selalu seratus persen benar dalam hal comblang-mencomblang, kan?” Betina bertanya kepada si jantan yang kini tengah mengamati alam bawah nirvana dengan mata birunya yang tajam bak elang.


Jantan tak lantas menggubris omongan si Betina. Dia tengah terpaku dengan sesosok wanita cantik berambut panjang yang dia yakini seratus persen bukan kuntilanak dan sebangsanya.

“Hei dengar, lihat aku, kali ini kau telah berjanji biar aku yang berkuasa!” Si Betina sigap ingin menghajar Jantan yang tak jua menoleh ke arahnya dan merespon pertanyaannya.

“Sssttt... jangan keras-keras. Nanti ketahuan!”

Betina menoleh ke kanan dan ke kiri. “Kita dibalik awan, Bodoh! Tak akan ada yang melihat. Kita ini dewa dewi, ingat?”

Jantan tertawa dan mengerti bila belahan jiwanya itu hampir meledak saking marahnya. Dia tahu jika makhluk bergen X itu tersusun dari kata perasaan, sensitif, dan labil, jadi haraplah cepat menenangkannya sebelum ledakannya mampu menggoncangkan dunia seisinya melebihi ledakan bom atom Nagasaki atau Hirosima.

“Maaf, sayang. Khilaf... apa yang tadi kau tanyakan?” tanya Jantan meminta pengulangan.

“Aku bilang... setelah apa yang kau lakukan dengan Lady Diana dan Pangeran Charles abad lalu dan pasangan-pasangan lain selanjutnya. Kini GILIRAN AKU YANG PEGANG KENDALI!”

Jantan melonjak ke belakang saking kagetnya mendengar bentakan Betina. “Sayang... dari dulu akulah si cupid... bukan kamu...”

“Peduli setan iblis di neraka... aku juga mau menggunakan panah-panah itu, bukan hanya kamu.”

“Emm..."

Jantan ingin saja meminta Betina diam dan menuruti kata-katanya karena dia si Jantan ‘si pemimpin’ dan Betina itu ‘si penurut’. Bukan begitu? Namun kali ini, bak Adam yang menuruti permintaan si Hawa memakan buah khuldi, Jantan tak kuasa untuk tak mematuhi titah tulang rusuknya itu.

“Baik. Kita lihat, pilih satu pasangan dan kita lihat endingnya... jika berhasil. It is yours forever!

***
                Sial. Sial. Sial.
                Aku rutuk dewa cinta selamanya. Apa yang salah denganku. Apakah aku terlalu berharap padanya. Ingatkan aku untuk selalu berteman dengannya. Tak lebih. Tak kurang.
                Enyahlah... enyahlah dari pikiranku.

                “Lihat apa yang telah terjadi. Tak gampang tau memilih yang benar dan yang tepat untuk satu sama lain. Jadi jangan salahkan jika ternyata mereka berpisah.”
                Si Jantan menatap puas si Betina. Dia tahu pada akhirnya si Betina tak akan mampu melakukannya. Pekerjaan yang dilakukannya bukanlah hal yang mudah. Tak semuanya sesuai rencana, bukan? Tak selamanya sesuatu berakhir happily ever after, kan? Tapi setidaknya Betina telah mencoba. Learning by doing, remember! Dan memang terkadang bukan melulu apa yang dilakukan Jantan dapat dilakukan Betina. Iya, kan???
               
***

No comments:

Post a Comment